Monday, May 14, 2007

What Would I Be, Without You?


Terkadang aku begitu serius memaknai hidup, aku mengkalkulasi setiap kebaikan dan keburukan yang aku perbuat karena aku sangat percaya dengan karma!
Intinya, aku yakin jika aku baik dengan orang maka orang juga akan baik kepada ku atau setidaknya orang lain lagi yang akan baik kepada ku.

Hari ini, aku mengkalkulasi apa yang telah ku perbuat bagi orangtua, terutama Mama ku. Sejenak aku berpikir, "Bagaimana jika Tuhan 'mengambil' nya begitu cepat? apa yang akan aku lakukan? akankah semangat untuk menjalani hidup tetap ada? Aku sangat mencintai dia."

Mama, ku gambarkan sebagai seorang yang tangguh!
Dia lahir sebagai satu-satunya perempuan dikeluarga Opung ku. Dulu, wanita dianggap tidak begitu penting dalam keluarga, sehingga dia hanya ditamatkan di bangku SMP kemudian dilanjutkan dengan kursus menjahit. Sedangkan abang-abangnya meraih gelar sarjana. Sebagai 'kembang desa' di desanya ;p, mama menjadi pujaan banyak pria. Sebut saja, beberapa karyawan, polisi bahkan pejabat desa pernah mengaguminya. Ketidak seriusan dalam menjalin hubungan harus berakhir pada sebuah perjodohan. Ya, Mama & Papa ku akhirnya menikah. Sembari berguyon, Mama sering bilang "Papa mu itu sama sekali bukan type Mama, Des! udah item, pendek, jelek, idup pula hahahaha...." aku hanya bisa tersenyum memperhatikan tawa Mama yang begitu lepas. Kenyataannya, dia sangat menghormati dan mengasihi Papa.

Mama yang paling banyak menanggung beban hidup keluarga, 80% biaya sehari-hari adalah hasil jerih payahnya. Dari menjahit Mama mampu menyekolahkan kami sampai jenjang yang paling tinggi. Jika musim kawin tiba, Mama harus bekerja sangat keras dikarenakan orderan kebaya yang sangat banyak. Energinya terkuras, dia terlihat lebih tua dari umur sebenarnya.

Setiap aku pulang dari kantor, Mama masih sempat menyiapkan aku makan malam. Padahal aku tahu, dia sama capek nya dengan aku, mungkin lebih karena harus pula mengurus suami, anak dan seorang cucu. Aku tidak pernah meminta, dia menyediakannya terlebih dahulu. Atau menunggu ku sampai larut malam jika aku belum juga pulang. Terkadang perhatiannya begitu berlebih, "Tuhkan, Mama jadi sakit gara-gara nunggu aku pulang" aku lupa, rasa sakit itu timbul karena khawatir menunggu kedatangan ku.


Now & forever, my mom is a hero........ and still
My heart begin to say: "What would i be, without you?"